SEJARAH DESA PAHAWAN
“ASAL-USUL TERBENTUKNYA DESA PAHAWAN”
Tabe Salamat Lingu Nalatai, Salam Sujud Karendem Malempang, Adil Ka’ talino,
Bacuramin Ka’ saruga, Basengat Ka’ jubata, Arus.! Arus.! Arus..!
Halo, bagaimana kabar anda? saya harap Tuhan selalu melimpahkan berkat
yang luar biasa dalam hidup dan kehidupan kita semua. Sebelumnya, perkenalkan
nama saya adalah RIFDO RONALDA atau di desa pahawan saya akrab dipanggil Aaron. Pada
artikel ini saya mencoba untuk membuka ingatan dan menulis kembali tentang
sedikit kilas balik mengenai sejarah desa pahawan. Adapun sumber data-data dalam
artikel saya ini adalah tulisan dan cerita lisan dari paman saya sendiri, beliau
bernama OKTO FIRMAN YOHANES TUNDAN atau di desa pahawan lebih akrab dipanggil
Bapa Nera.
Secara turun-temurun kami adalah orang asli desa pahawan atau bisa
dibilang sebagai anak cucu dari perintis pertama Desa Pahawan, maka sudah
sepantasnya kami melestarikan sejarah pembentukan desa, agar sejarah ini tidak
lekang oleh waktu dan hendaknya sejarah ini dapat kembali diceritakan secara
turun temururn sampai anak cucu nanti, sehingga keturunan dari utus Desa
Pahawan dapat tau asal usul dan sejarahnya, seperti kata Bung Karno “JAS
MERAH” yang artinya “Jangan sekali-kali melupakan sejarah”. Adapun tulisan ini
dibuat dalam bentuk tulisan online atau artikel online sehingga siapapun bisa
untuk mengakses dan membacanya. Dan semoga tulisan tentang sejarah terbentuknya
Desa Pahawan ini bermanfaat bagi semua orang.
Selamat Membaca… :)
Dahulu kala ada sebuah wilayah pemukiman penduduk yang dihuni suku asli
dayak ngaju dan wilayah tersebut bernama “LEWOE BARAQ BENTENG KAHAYAN”, bertempat
di pertengahan antara hulu dan hilir sungai Kahayan. Wilayah Lewoe Baraq tersebut
secara turun temurun dipimpin oleh seorang Raden, sebagai Kepala Wilayah yang
sekaligus sebagai Kepala Pemerintahan, atau yang lebih dikenal dengan sebutan “RADEN
BENTENG KAHAYAN”.
Beberapa tahun kemudian diperkirakan sekitar tahun 1537 Masehi, Lewou
Baraq oleh para tokoh spriritual dianggap terkena rutas (sial besar) akibat
pertumpahan darah yang pernah terjadi yaitu pertempuran Patih Rumbih dan Raja
Hasan dulu. Hal itu membuat Lewoe Baraq Benteng Kahayan dianggap sudah tidak
layak huni lagi sehingga harus dipindah ke seberang sungai Kahayan dan diberi
nama “LEWOE PILANG BENTENG KAHAYAN” posisi dari Lewoe Pilang adalah berada
dipinggir sungai Kahayan menghadap Sebelah barat dan kemudian didirikan Rumah
Betang baru sebagai Istana Raden di Lewoe Pilang Benteng Kahayan, disana
penduduk hidup rukun, adil, makmur damai dan sejahtera, sampai dengan
diperkirakan sekitar tahun 1758 Masehi Lewoe Pilang Benteng Kahayan dipimpin
oleh raden selanjutnya yang bernama “RADEN KAPOENG” dan istrinya yang bernama
putri “TOROENG”, mereka dikaruniai 5 (lima) orang putera-puteri antara lain;
Pertama, adalah “Raden IMAN” sebagai putera mahkota beristrikan putri “KASIH”,
Kedua putri (tidak dapat kami sebutkan
karena keterbatasan ingatan kami) bersuami “Temanggung MASIH”, ketiga “Raden
SANGKOROH”, Keempat Putri (tidak dapat
kami sebutkan karena keterbatasan ingatan kami), Kelima “Putri SUKU”.
Diperkirakan sekitar tahun 1771 Masehi, Raden Benteng Kahayan yang sudah
diteruskan atau dijabat oleh Raden Kapoeng, mendapati tantangan dari orang luar
Lewoe Pilang, orang-orang tersebut adalah 3 (tiga) bersaudara yaitu TAMANGGUNG
JAMPI, TAMANGGUNG SINDI dan TAMANGGUNG MAMBEN yang saat itu telah mendirikan
perkemahan di lokasi yang dikenal dengan sebutan TIWING PANJANG. Menanggapi
tantangan tersebut Raden Benteng Kahayan memberi isyarat damai dengan menikahkan
putri bungsunya yang bernama Putri Suku dengan salah satu dari ketiga
tamanggung tersebut.
Setelah bernegosiasi dan kesepakatan damai tercapai, maka ditunjuk Temanggung
Sindi yang akan dinikahkan dengan anak dari Raden Kapoeng yaitu puteri Suku.
Selang beberapa minggu setelah menikah Temanggung Sindi dan istrinya
berkeinginan membukan lokasi pemukiman baru, lalu untuk memenuhi keinginan
tersebut Temanggung Sindi mencoba mencari titik lokasi yang strategis dengan
menggunakan Ritual adat yang disebut MANAJAH ANTANG. Pada akhirnya Tamanggung
Sindi berhasil menemukan lokasi yang memungkinkan untuk dijadikan lokasi pemukiman
baru, adapun letak lokasi tersebut yaitu berada di bawah perbukitan sebelah
timur, yang posisinya berada di sebelah belakang wilayah Lewoe Pilang Benteng Kahayan.
Selanjutnya lokasi pemukiman tersebut kemudian diberi nama oleh Tamanggung
Sindi yaitu “LEWOE TANDJOENG HANJI ROENDOENG OELEK KARANGAN PENJANG” atau jika
ditulis dalam EYD menjadi “LEWU TANJUNG HANYI RUNDUNG ULEK KARANGAN PENYANG”
yang mempunyai arti sangat kuat yaitu “PAHLAWAN”.
Di Lewoe Pahlawan tersebut Tamanggung Sindi mendirikan rumah betang
sebagai istana baru dengan ukuran panjang 100 depa/rentang dan lebar 50
depa/rentang. Dilokasi baru tersebut benar-benar berada didalam jantung hutan
yang jauh dari akses sungai besar (Sungai Kahayan) oleh karena itu setelah selesai
pembangunan Betang maka Tamanggung Sindi mengerahkan seluruh JIPEN (Budak) yang
mencapai jumlah sekitar 900 orang jipen untuk menggali parit besar atau anak
Saluran air dari arah hilir Sungai kahayan menuju kehulu melalui depan Rumah
Betang dengan maksud agar BANAMA (kapal) dapat dengan mudah masuk dan bertambat
tidak jauh dari depan Rumah Betang milik Tamanggung Sindi.
Akibat pembuatan parit besar tersebut maka matilah sungai Kahayan asal
yang berada di Sebelah Barat di depan
Lewoe Baraq sebelumnya, dan sekarang bekas sungai Kahayan asal tersebut telah
menjadi berbagai danau yang kemudian disebut DANAU JAMBU, LUTU PARANG, HERAU,
DANAU TEWAH, TAWAT, KASUNGAN, DANAU KURIK, DANAU BALAYAR, DANAU KARAM dan danau-danau
lainnya.
Diperkirakan sekitar tahun 1835 masehi Lewoe Pahlawan dipimpin oleh
anak Tamanggung Sindi yang bernama TAMANGGUNG SIBU, hingga sekitar tahun 1879
masehi masuklah orang kepercayaan Pemerintahan Hindia Belanda melalui ZENDING
yang bernama SAWANG yang kemudian menikah dengan seorang putri keponakan dari
Tamanggung Sibu yang dikenal dengan sebutan TAMBI HAI. Beberapa tahun kemudian
Tamanggung Sibu wafat dan setelah ZENDING BARMEN yang dipimpin oleh DOKTER
FIESERT masuk ke wilayah Lewoe Pahlawan dengan bantuan Sawang, dan karena
usahanya tersebut sawang diangkat menjadi DAMANG yang kemudian disebut DAMANG
SAWANG.
Dengan diangkatnya sawang menjadi damang pun serta-merta nama Lewoe
Pahlawan diganti oleh Zending menjadi Lewoe PAHAWAN yang kemudian dipimpin oleh
Damang Sawang yang nota bene adalah menantu dari Tamanggung Sibu. Dan Rumah
Betang Tamanggung Sindi yang berukuran panjang 100 depa/rentang dan lebar 50
depa/rentang pun telah dibongkar karena akan roboh ke sungai Kahayan akibat
bencana alam tanah longsor (Tiwing Batusut) oleh erosi, dan posisi atau letak
Rumah Betang yang dimaksud, saat ini diperkirakan sudah ditengah sungai Kahayan
sehingga sulit untuk menelusuri jejak dari Rumah Betang Tersebut.
Selanjutnya melalui Zending Barmen maka mulai masuk juga ZENDING BASSEL
yang dipimpin oleh TUAN FLAH dan kawan-kawan serta masuk pula ZENDING AMSTERDAM
yang dipimpin oleh TUAN BRAWN dan kawan-kawan. Diperkirakan sekitar tahun 1886 orang-orang
zending tersebut mulai mengajar dan melatih warga Lewoe Pahawan warga Lewoe
Pahawan membaca dan menulis aksara latin serta memberi pemahaman tentang Ilmu
Agama Nasrani yang dilaksanakan secara bergantian di rumah Damang Sawang (Bapa
Kunum) dan di Rumah Petrus Kiay (Bapa Adul) yang kemudian atas inisiatif dan
kesepakatan Damang berserta warga Lewoe Pahawan, mereka bergotong royonh
mendirikan sebuah rumah sebagai tempat belajar dengan orang-orang Zending di
Lewoe Pahawan sendiri.
Beberapa tahun Sekolah Zending sudah berdiri kemudian terjadi perubahan
nama lagi menjadi Sekolah Rakjat atau sering disebut SR. namun melihat kondisi
pada saat itu bangunan sekolah tersebut harus dibongkar karena akan roboh ke
Sungai Kahayan karena bencana alam atau tanah lonsor (tiwing batusut) yang
disebabkan oleh erosi yang ditimbulkan pada saat air sungai meluap (danum
handalem). Sehingga pada saat ini posisi atau letak bangunan sekolah yang
dimaksud tersebut diperkirakan ditengah-tengah sungai Kahayan. Dalam pembongkaran
bangunan sekolah tersebut, bahan-bahan bangunan yang masih bisa dipakai diambil
untuk dibangun kembali di ujung sebelah hulu Lewoe Pahawan yang sampai saat ini
masih ada atau lebih dikenal sebagai SDN Pahawan-1.
Kemudian pada tahun 1894, hindia belanda mengadakan sebuah pertemuan dengan
suku dayak secara menyeluruh dari berbagai daerah di Kalimantan untuk membentuk
sebuah kesepakatan antara suku-suku dan sub suku dayak yang kemudian
kesepakatan tersebut lebih dikenal dengan PERJANJIAN DAMAI TUMBANG ANOI 1894. Dan
perwakilan dari Lewoe Pahawan yang ikut mengikuti pertemuan tersebut adalah
Damang Sawang yang kemudian setelah itu diberikan gelar baru oleh belanda yaitu
DAMANG DJAYA WARNA.
Sekitar tahun 1899 sebagian warga Lewoe Pahawan sudah ada yang memeluk
agama Nasrani yang jemaatnya dipimpin oleh Dokter Fiesert dan Tuan
Flah. kemudian pada saat yang sama terjadi kekosongan kekuasaan eksekutif maka
pemerintah hindia belanda melalui kekuasaan yudikatif yang dipegang oleh Damang
Djaya Warna menunjuk salah seorang warga Lewoe Pahawan yang bernama RAWAN untuk
menduduki jabatan MANGKU di Lewoe Pahawan, Onderdistrick
Pahandut, Afdeeling Beneeden Dajak, dibawah pemerintahan hindia belanda.
Adapun dibawah ini pembahasan kembali
terkait lembaga-lembaga yang ada di Lewoe Pahawan dari awal perbentukan hingga
sekarang, yakni;
A. LEMBAGA
PEMERINTAHAN
a. Awal mula
s/d tahun 1500-an, Lewoe Baraq Benteng Kahayan dipimpin oleh Raden Benteng
Kahayan.
b. Tahun
1500-an s/d tahun 1700-an , Lewoe Baraq Benteng Kahayan pindah ke seberang dan berubah
nama menjadi Lewoe Pilang Benteng Kahayan yang dipimpin oleh Raden Benteng
Kahayan yang bernama RADEN KAPOENG
c. Tahun
1700-an s/d tahun 1800-an, Lewoe Pilang Benteng Kahayan pindah ke sebelah timur
dan berubah nama menjadi Lewoe Tandjoeng
Hanji Roendoeng Oelek Karangan Penjang atau Lewoe Pahlawan yang dipimpin
oleh TAMANGGUNG SINDI dan dilanjutkan oleh TAMANGGUNG SIBU.
d. Tahun
1800-an s/d Tahun 2020, Lewoe Pahlawan berubah nama menjadi Lewoe Pahawan yang
dipimpin oleh DAMANG SAWANG yang pada saat itu pula terjadi kekosongan jabatan eksekutif,
maka pemerintah hindia belanda melalui DAMANG DJAYA WARNA (Damang Sawang)
menunjuk salah seorang warga Lewoe Pahawan yang bernama RAWAN untuk menduduki
jabatan Mangku di Lewoe Pahawan. Berakhirnya kepemimpinan Mangku Rawan
dilanjutkan oleh SALEMAN RIBU selanjutnya Lewoe Pahawan berubah nama menjadi
Kampoeng Pahawan sehingga jabatan mangku berubah nama menjadi PAMBAKAL yang
kemudian kepemimpinan berikutnya dijabat oleh KLADIUS RASAD, GAD UNDAS(Bapa Sabet), ASER
ADJI(Bapa Ane), W NARANG(Bapa Gambir) dan TALAJAN NUHING(Bapa Dandel), selanjutnya Kampung Pahawan berubah nama
menjadi Desa Pahawan dan jabatan Pambakal berubah nama menjadi KEPALA DESA, yang
kemudian dijabat oleh ALFRIED DESE(Bapa Siba) dilanjutkan oleh ROBY(Bapa Ugut), ROBINSON DERIK(Bapa Rosa), BENI DALI(Bapa Rio) namun dalam masa jabatannya pemerintahan dibawah kepemimpinan BENI DALI mengalami suatu permasalahan dimana Jabatan Kepala Desa dijabat sementara oleh TIMEL(Bapa Andi) hingga kemudian melewati pemilihan, kembali dijabat oleh PANORAMA DELAWITA (Indu Andi) 2015 - 2020. yang kemudian digantikan oleh INDRA SUSANTO(Bapa El) Tahun 2021 - Sekarang
B. LEMBAGA
PENDIDIKAN
a. Tahun
1880-an s/d tahun 1930-an, sekolah zending dipimpin oleh DOKTER FIESERT dari
ZENDING BARMEN.
b. Tahun
1930-an s/d tahun 1940-an, Sekolah zending berubah nama menjadi SEKOLAH
PARTIKULIR dipimpin oleh Guru Bakas dan dilanjutkan oleh FREDRIK TOENDAN.
c. Tahun
1940-an s/d tahun 1960-an, sekolah partikulir berubah nama menjadi SEKOLAH
RAKJAT dipimpin oleh AUGUST TOENDAN dilanjutkan oleh IDING BANGAS, MATHIAS
KITING, EMILE BANGKAN, LEO TANDANG, WILLY JIMAT dan MARTIN LIMIN.
d. Tahun
1960-an s/d tahun 1970-an, sekolah rakjat berubah nama menjadi SEKOLAH DASAR
NEGERI PAHAWAN dipimpin oleh OLIE BIDIE dilanjutkan oleh DAHALAN LESA, kemudian ada satu penambahan sekolah yaitu di Tumbang Rawak dipimpin oleh JOHANSON UTHAN
BANGOEN (Bapa Tundan)
e. Tahun
1990-an s/d kini, sekolah dasar negeri pahawan berubah menjadi SEKOLAH DASAR
NEGERI PAHAWAN – 1 dipimpin oleh SIUN NANYAN, HENDRIK UGAS (Bapa Sarli), SUNAE,S.Pd (Indu Yusi), YANDRIE W S RAHAN, S.Pd (Bapa Sike), ELSI (Indu Citra).
dan Sekolah Dasar Inpres
Tumbang Rawak juga berubah nama menjadi SEKOLAH DASAR NEGERI PAHAWAN – 2 dan
terdapat satu tambahan sekolah lagi yaitu SEKOLAH DASAR NEGERI PAHAWAN – 3 di
Dususn Kasali yang salah satunya pernah memimpin yaitu KARSI D. RAHAN.
C. LEMBAGA
KEAGAMAAN
a. Tahun
1899 s/d tahun 1932, jemaat dipimpin oleh DOKTER FIESERT, TUAN BRAWN, TUAN
FLAH, HENDRICK HANEKER dan yang lainnya dari Zending.
b. Tahun
1932 s/d tahun 1950-an, jemaat dipimpin oleh DAMANG SAWANG dilanjutkan oleh
PETRUS KIAY dan Selanjutnya bergabung dengan GEREJA DAJAK EVANGELIS yang
dipimpin oleh EKUT KANTA, MARTIN ADJI dan LEWI DJANGKAN.
c. Tahun
1950-an s/d kini, jemaat Gereja Dajak Evangelis berubah nama menjadi MAJELIS
JEMAAT GEREJA KALIMANTAN EVANGELIS dipimpin oleh KRISTIAN EKUT, dilanjutkan
oleh WS RAHAN, DANDEL EMBANG, NIEL JIHIN, MANTI PARDI, YANDRI WS RAHAN, ARSILES AMPUNG, S.Pd dan kemudian kebijakan terbaru dari sinode GKE yang mengharuskan
pendeta sebagai ketua jemaat, sehingga tidak ada lagi ketua jemaat dari
masyarakat.
Demikian artikel ini saya buat, semoga bermanfaat bagi para pembaca, dan
mohon maaf apa bila ada kesalahan, kekurangan atau hal-hal yang kurang berkenan
dalam artikel ini. Kritik, saran dan masukan sangat saya harapkan untuk
perbaikan artikel ini kedepan. Terima Kasih sudah berkunjung ke Blog saya. :)
12 NOVEMBER 2019
⸎
⸎
⸎
⸎
⸎
LAMPIRAN
DI DESA PAHAWAN
︾
Bahalap pahariku supaya anak tabela rahian mangatawan sejarah lewu itah.
BalasHapusSiappp Pahari👍
Hapus